Shogun, Samurai, Bushido
Pengaruhnya masih ada di Jepang Dewasa Ini
Secara umum orang non-Jepang mungkin pernah dengar istilah shogun, tapi tak banyak yang tahu apa yang dimaksudkan dengan istilah tersebut. Orang membayangkan shogun seperti yang diihat di film-film atau seperti yang dikisahkan dalam berbagai buku. Shogun adalah jenderal besar, yang memegang kendali terhadap golongan pendekar perang dan prajurit (kaum samurai)
Di Jepang masa lampau sering terjadi perselisihan antara berbagai kelompok samurai (pendekar perang, prajurit), hingga pada tahun 1185 ketika Kaisar mengangkat Minomoto Yoritomo, komandan kelompok yang menang, sebagai komandan militer tertinggi di Jepang yang berkedudukan di sebuah desa tepi laut : Kamakura. Maka muncullah keshogunan Kamakura. Sejak itulah sebenarnya ada dua pusat pemerintahan, yaitu pemerintahan sipil di bawah Kaisar dengan kedudukan di kota Kyoto, dan pemerintahan militer yang berpijak pada kekuasaan shogun yang berkedudukan di Kamakura. Lambat-laut pemerintah sipil di bawah kaisar makin melemah dan pemerintahan shogun makin kuat.
Demikianlah keshogunan pertama dimulai pada tahun 1185 di Kamakura dengan shogun pertama Minamoto Yoritomo, dan berakhir pada tahun 1336 ketika Ashikaga Takauji menaklukkan shogun dari wangsa Minamoto. Ashikaga memindahkan pusat kekuasaan militernya ke Kyoto, dan mulainya keshogunan Ashikaga (1336-1568).
Kebudayaan berkembang marak dalam masa keshogunan Ashikaga kaena para samurai anak buahnya yang feudal-militer dapat bergaul dengan kaum sipil budaya dari kalangan istana kekaisaran di Kyoto. Kebudayaan Zen menjadi unsur pokok dalam era tsb., dan mendorong terciptanya berbagai seni-bduaya khas Jepang seperti karya sastra, taman Jepang, seni merangkai bunga, upacara minum the, arsitektur bangunan kuil, dll.
Sayang, kemudian terjadi lagi konflik antar berbagai kelompok samurai untuk memperebutkan tanah dan kekuasaan.
Sejumlah daimyo atau kepala kelompok-kelompok samurai di daerah saling bentrok, bahkan sampai ingin menguasai Jepang. Maka muncullah seorang jenderal, Tokugawa Ieyasu, yang memenangkan pertarungan untuk menguasai seluruh Jepang. Dia kemudian diangkat sebagai shogun oleh Kaisar, dan mendirikan pemerintahan militernya di Yedo (Edo, yang kemudian menjadi Tokyo). Keshogunan Tokugawa dimulai pada tahun 1603 dan berakhir pada tahun 1867. Satu per satu para shogun dari wangsa Tokugawa tidak serta merta dengan mudah dapat memperluas kekuasaan karena harus menaklukkan sejumlah kelompok yang tetap tidak mau tunduk, terutama kelompok Satsuma dan Choshu. Cucu Tokugawa Ieyasu, yaitu shogun Tokugawa Iemitsu pada tahun 1639 mengeluarkan perintah pengasingan diri negeri Jepang terhadap dunia luar. Jepang menjadi tertutup, orang Jepang dilarang keluar Jepang dan orang-orang dari negara-negara lain dilarang memasuki Jepang. Namun demikian, ada kekecualian, yaitu di pulau Dejima pada mulanya orang-orang Portugis diizinkan tinggal, tapi kemudian mereka tidak diperbolehkan lagi, dan orang-orang Belanda yang mendapat izin untuk tinggal di pulau ini. Pulau ini adalah pulau buatan di lepas Nagasaki.
Selama masa kekuasaan keshogunan Tokugawa, shogun yang satu berganti dengan shogun lainnya meski tetap dari wangsa Tokugawa, berlaku aturan sosial yang ketat demi tercapainya stabilitas sosial. Segala hal harus berdasarkan aturan dan nilai yang ditentukan. Masyarakat dibagi atas beberapa kelas sosial yaitu, paling atas adalah Kaisar dan para bangsawan istanas; kemudian kelas samurai yang berkuasa, yang pemimpin tertingginya adalah shogun. Nah di bawah itu barulah berbagai kelas masyarakat, yaitu petani penghasil beras, pengrajin, tukang, nelayan dan dibawahnya adalah para saudagar. Kelas terbawah adalah para penghibur, pengolah kulit, penemis dan algojo. Mobilitas sosial tidak dianjurkan karena setiap orang harus tetap di tempatnya dan diharapkan berada di situ untuk selamanya. Para samurai harus patuh dan setia habis-habisan pada atasannya, para komandan kelompok, yaitu para daimyo yang memerintah di daerha-daerah. Dan pada giliran rakyat pun wajib patuh pada kaum pendekar perang tersebut.
Keterasingan Jepang berakhir setelah datangnya satu skuadron kapal Amerika di bawah pimpinan Komodor Matthew Perry pada tahun 1853 yang mendarat di teluk Edo (Tokyo) dan datang lagi setahun kemudian. Setelah kedatangannya, Jepang mulai terbuka kembali secara terbatas bagi dunia luar, dan terutama bagi Amerika.
Pada tahun 1868 shogun ke-5 dari wangsa (keluarga/keturunan) Tokugawa, yaitu Tokugawa Yoshinobu, trgeser dari posisinya dan terpaksa mengembalikan kekuasaan kepada Kaisar, yaitu Kaisar Meiji (1868-1912). Kaisar segera memindahkan kedudukannya dari Kyoto ke Edo (Tokyo), dan mengganti atau menghapus banyak peraturan yang dibuat oleh para shogun. Tamatlah kekuasaan shogun serta kaum samurai dan para komandannya, para daimyo.
Bushido
Semangat bushido sebenarnya sudah ada sejak timbullah kaum samurai, namun baru pada masa Edo (1600-1868) istilah bushido agaknya resmi dipakai sebagai kode etik kaum samurai. Bushido mencakup semangat perang dan ketrampilan menggunakan senjata (pedang), dan juga tata-krama bersikap, yaitu setia penuh kepada atasan, menjaga kehormatan diri (tidak melakukan hal-hal buruk), mengabdi pada tugas, punya keberanian hebat, bertanggung-jawab. (Mengenai semangat bushido, ada buku karya Nitobe Inazou yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, “The Soul of Japan”).
Semangat yang telah menjiwai para pendekar selama beberapa abad itu, sebenarnya hingga ini masih terus hidup, namun bukan lagi semangat untuk berperang atau mengabdi kepada komandan. Semangat bushido yang telah menghidupkan dan mengembangkan ekonomi dan industri Jepang adalah semangat berdisiplin tinggi, bekerja keras, bertanggung-jawab dan punya rasa malu bila melakukan perbuatan yang merugikan. Semangat bushido masih hidup, walaupun di Jepang modern sekarang ini sudah tidak ada lagi kaum samurai.