Selasa, Januari 27, 2009

Yukata, apa bedanya dengan Kimono ?

Serba-serbi Yukata
- Apa beda dengan kimono ?

Adalah kebiasaan di Jepang bahwa waktu bersantai-santai di musim panas, orang lebih suka mengenakan yukata daripada pakaian biasa. Orang yang mengenakan yukata biasanya membawa kipas lipat untuk mengusir udara panas. Yukata adalah kimono ringan, berbahan katun, tanpa lapisan. Pada dasarnya yukata berwarna putih dengan corak gambar bunga-bunga berwarna biru. Ada yukata untuk wanita, dan ada pula yang untuk pria. Pakaian tradisional ini mulai digandrungi lagi mulai tahun-tahun 1990-an seiring dengan kegandrungan akan segala sesuatu yang tradisional. Harga sehelai yukata berkisar 30.000 Yen (atau kira-kira US$ 216), sedangkan obi sekitar 10.000 Yen (kira-kira US$ 87). Tidak murah, tapi jauh lebih murah daripada sehelai kimono dan obi-nya. Ada pula yukata yang dijual lengkap dengan kipas lipat, dompet kecil, dan asesoris kecil lainnya; yukata ini disukai wanita muda yang karyawan yang ingin segala sesuatu yang serba praktis.

Mengenakan yukata memerlukan ketrampilan tersendiri, berbeda dengan cara mengenakan pakaian barat sehari-hari, walaupun tidak serumit cara mengenakan kimono sutera. Biasanya yukata lebih panjang daripada tinggi badan pemakai, sehingga harus dilipat di bagian pinggang dan kemudian ditutupi dengan obi (mirip stagen untuk sarung batik) yang dipakai untuk melilit pinggang, dan membentuk simpul seperti pita besar di punggung. Pemakai yukata tidak boleh mengenakan sepatu, karena alas kaki yang dikenakan adalah geta (sandal kayu), tanpa kaos kaki. Untuk mengatasi berbagai kerepotan ini, kini sudah ada obi praktis yang mudah dikenakan.

Pada tahun-tahun belakangan ini, disukai yukata dengan warna-warna pastel yang bercorak kecil mungil, namun sejak tahun yang lalu yang menonjol justru yukata berwarna putih hitam, atau putih biru, dengan corak gambar besar seperti bunga, kembang api, ikan mas, dsb. Corak bunganya pun bervariasi, termasuk corak bunga-bunga Eropa.

Yukata dikenakan oleh pria dan wanita segala usia, termasuk para remaja wanita yang suka memodifikasi atau menambah asesori pada yukata, misalnya menambah renda, memasang korsase bunga, dll. atau mengenakan yukata berwarna mencolok. Selain yukata yang ‘biasa-biasa’ saja, ada pula yukata bermerk bergengsi, dengan harga yang lebih mahal, dan coraknya khas menarik, misalnya dengan motif anggrek, naga, dsb.

Ada pertanyaan, kalau yukata adalah kimono ringan yang dipakai untuk acara santai, terutama di musim panas, lalu kapan orang Jepang mengenaikan kimono sutera ?
Ya, kimono sutera (untuk wanita saja) yang indah dikenakan pada kesempatan-kesempatan penting saja, seperti pada hari tahun baru, upacara hari dewasa (ketika remaja memasuki usia 20 tahun), menghadiri upacara pernikahan (pengantin wanita sendiri justru hanya boleh mengenakan kimono pengantin yang putih polos dan berlapir-lapis), upacara anak-anak Shichi-go-san (memasuki usia 3-5-7), dll. Kimono sutera memang bukan pakaian sehari-hari karena cukup repot untuk mengenakannya, menyimpannya pun harus hati-hati, dan harganya mahal sekali. Pakaian tradisional untuk pria adalah stelan kimono yang ditutupi dengan semacam jaket (haori) yang dikenakan dengan celana lebar berlepit-lepit (hakama). Akan tetapi, sekali pun dalam acara-acara resmi, kaum pria Jepang di zaman modern ini lebih suka mengenakan stelan jas berwarna gelap. Dewasa ini jarang sekali terlihat pria yang mengenakan pakaian tradisional ini, kecuali dalam acara-acara yang bersifat kebudayaan.